Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cahaya Islam di Tengah Kegelapan Eropa

mediaumat.com.Masjid Jami’ Andalusia adalah saksi sejarah betapa besar kontribusi Islam pada bangsa Eropa. Ketika mereka hidup di Abad Kegelapan (Dark Age), Islam sampai ke Spanyol hingga Prancis. Di Spanyol, mereka melakukan apa yang telah dilakukan oleh Abu Ubaidah dan Khalid bin Walid, saat menaklukkan Suriah, di masa Khalifah Umar bin al-Khatthab. Berdasarkan instruksi Khalifah Umar, gereja di Damaskus dibagi menjadi dua, separuh untuk kaum Nasrani, separuh lagi untuk masjid kaum Muslim. Hal yang sama juga dilakukan oleh panglima kaum Muslim di Spanyol. Pada tahun 92 H/710 M, gereja terbesar di Cordoba, mereka bagi menjadi dua, separuh untuk kaum Kristen, dan separuh lagi untuk masjid.
Setelah jumlah kaum Muslim semakin banyak di Cordoba, maka masjid itu pun tidak muat, sehingga separuhnya lagi yang masih menjadi gereja, mereka beli. Bangunan lama Masjid Jami’ Cordoba dan gereja pun dihancurkan, lalu dibangun kembali menjadi Masjid Jami’ Cordoba yang baru dan lebih luas. Selama tiga tahun, masjid tersebut dibangun, dimulai tahun 168 H/784 M sampai 170 H/786 M. Amir Andalusia, Abdurrahman ad-Dakhil, penguasa yang membangun masjid jami’ tersebut hingga menjadi masjid yang sangat megah. Proyek itu kemudian diteruskan dan dimodernisasi oleh para penguasa setelahnya.
Masjid Jami’ Cordoba ini merupakan masjid terbesar di Spanyol yang bisa menampung 80.000 jamaah. Panjang masjid 175 m dan lebar 134 m. Tinggi masjid mencapai 20 m. Bentuk tiangnya melengkung. Masjid ini mempunyai 11 ruangan besar yang dipisahkan oleh lengkupan atap. Lebar ruangan kiblat mencapai 7 m dengan ketinggian 16 m. Kubah yang berukuran besar disangga 300 pilar marmer dan dikelilingi 19 kubah kecil serta menara setinggi 20 m.
Masjid ini tidak hanya berfungsi untuk ibadah tetapi juga menjadi pusat kajian ilmu pengetahuan, mahkamah dan kantor Amir Andalusia. Berbagai halqah ilmu pengetahuan dan satra diajarkan di sini. Ada halqah Hadits Nabi, yang dipimpin oleh ulama Ahli Hadits Abu Bakar bin Mu’awiyah al-Qursyi. Ada halqah sastra yang dipimpin oleh tamu Andalusia, Abu ‘Ali al-Qali. Ada halqah Nahwu dan Sharaf, yang dipimpin oleh Ibn al-Quthiyyah. Selain itu, berbagai ilmu pengetahuan alam, matematika, astronomi, kimia, geografi, logika dan sejarah sains diajarkan di sini. Di halaman sekitar masjid ini telah dibangun 27 madrasah, yang menampung fuqaha berikut muridnya sebanyak 4.000 orang. Mereka dibiayai oleh negara.
Masjid ini juga difungsikan sebagai mahkamah sehingga ketika itu dikenal Qadhi Masjid Jami’ Cordoba, sekaligus Qadhi Qudhat (Kepala Qadhi). Qadhi Cordoba juga dikenal kuat berpegang teguh pada kebenaran, menjaga hukum syariah, dan tidak takut kepada siapapun, termasuk Khalifah sekalipun. Ditemani oleh beberapa sekretaris, pengacara, polisi dan tukang cambuk. Pencurian, pembunuhan dan pelanggar kehormatan pun dihukum di masjid ini dengan disaksikan oleh khalayak ramai. Biasanya dilakukan seusai pelaksanaan shalat Jumat. Di sini, Amir Andalusia melakukan shalat jamaah, termasuk shalat Jumat. Di sini pula, berbagai kebijakan negara diumumkan kepada khalayak sehingga mereka mengetahuinya.
Masjid ini tetap dengan fungsinya hingga jatuh ke tangan kaum Kristen pada tahun 22 Syawal 633 H/29 Juni 1236 M, setelah selama 525 tahun menerangi Eropa, menyebarkan cahaya Islam di saat bangsa Eropa hidup dalam kegelapan pada abad pertengahan. Hingga kini masjid ini menjadi saksi sejarah keemasan Islam di Eropa, meski telah diubah fungsinya sebagai gereja dengan nama La Mezquita, dari Mosque (bahasa Inggris: Masjid).[]har

Posting Komentar untuk "Cahaya Islam di Tengah Kegelapan Eropa"